Penulis: Javier Lazuardi Samudra Pasya (Kelas V-3)

Ilustrator: Ilham Denardi (Kelas V-1)

              Di sebuah desa, Pinang Awan, hiduplah seorang anak nakal yang bernama Raja. Ia hidup bersama kedua orang tuanya di sebuah rumah sederhana dan hidup dengan sangat sederhana. Saat ia naik kelas 6 SD kenakalannya semakin menjadi-jadi. Bahkan ibunya sudah lelah dipanggil ke sekolahnya akibat kenakalan yang ia perbuat, ibunya juga sudah berkali-kali mensehatinya namun tidak didengarnya.

“Raja, sudahlah nak jangan buat masalah lagi, ibu ini sudah tua dan lelah.” Ucap Ibu Raja yang duduk dekatnya.                             

“Gak mau aku kan masih kecil, kata ayah kan anak kecil itu taunya main-main.” Ucap Raja sambil bermain dengan mainannya.                                 

“Tapi kamu sudah lewat batas, bahkan sekolah mau mengeluarkan kamu kalau sekali lagi kamu buat masalah, jangan sampai kamu dikeluarin. Mau kamu taruh di mana muka ibu nak?” Ucap Ibu Raja sambil menahan emosi.                                                                                           

“Ya di kepala lah buk, emang mau dikemanain lagi sih.” Ucap Raja santai sambil bermain.

“Raja!!! Ini ibu lagi serius, kamu malah main-main.” Marah Ibu Raja dengan emosi memuncak .                                                                                                           

“Ibu kok marahin Raja sih buk? Kata ayah ibu gak boleh marahin Raja.” Ucap Raja dengan polos.                                           

“Kamu terlalu dimanjai ayah kamu, kamu jadi begini, jadi keterlaluan kamu sama ibu sendiri.” Membuat Raja menangis semakin kencang.                                                                     

“Ada apa ini?” Ucap ayah Raja sepulang dari kerjanya. Ayah Raja yang bekerja sebagai tukang becak.                                                                              

“Ayah!! Ibu marahin Raja.” Teriak Raja sambil menangis kencang.                                             

“Sudah sudah diam! Ini ayah ada bawa kesukaan Raja, udah jangan nangis lagi.” Ucap Ayah Raja sambil mengelus kepala Raja.                                                                                               

“Lihatlah mas, kamu manjain aja dia terus-terusan, kan jadi begini dia.” Sahut ibu sambil mendengus.                                                                                                              

“Sudahlah itu ucap.” Ucap Ayah Raja sambil menggendong Raja ke ruang makan, istrinya pun hanya mengelus dada melihat suaminya.                                     

“Raja makan yang banyak ya nak, biar cepet gede.” Kata ayah pada anaknya. Raja pun makan dengan lahap. Ayahnya yang melihatnya pun merasa senang.                                 

“Raja nanti tamat kelas 6 masuk pesantren ya.” Ucap ayah setelah Raja selesai makan.   

“Gak mau, Raja mau masuk SMP biar sama teman-teman lainnya.” Tolak Raja              

“Raja kan anak baik, jadi harus masuk pesantren biar jadi anak yang sholeh.”             

“Gak mau!” Tolak Raja dan langsung pergi ke kamar. Ayahnya yang melihat itu pun hanya geleng-geleng melihatnya.

Besoknya Raja menunggu jemputan selepas pulang dari sekolah ia menunggu ayahnya. Setelah begitu lama ia menunggu ayahnya Raja mulai merasa bosan.

“Ayah mana sih kok lama banget.” Ucap Raja sambil menendang batu. Tiba-tiba ada motor yang berhenti di depannya.

“Lah om Daudnya...lah ayah mana om?” Tanya Raja pada omnya itu. Om Daud adalah adik kandung dari Ibu Raja.

“Sudah ayo kita harus cepat pulang.” Ujar Om pada Raja.

“Mau kemana om?” Tanya Raja

“Kita mau kerumah sakit.” Jawab Om Daud, perasaan Raja mulai tidak enak setelah mendengar jawaban omnya. Ia pun harus mengikuti ajakan Om Daud.

Sesampainya di rumah sakit ia pun mengikuti Om Daud kesebuah ruangan ICU disalah satui rumah sakit di kotanya. Ternyata ayahnya kecelakaan tertabrak mobil saat ingin menjemputnya ke sekolah. Mengetahui hal itu membuat Raja sedih dan merasa bersalah, ditambah lagi ia melihat ibunya yang sedang menangis di depan ruangan ayahnya.

“Bu, Ayah kenapa?” Tanya Raja pada ibu.

“Ayahmu sudah wafat nak.” Jawab ibu sambil menangis histeris.

“Apa??? Teriak Raja. Ia pun begitu terkejut dan menangis menjadi-jadi.

            Raja merasa bersalah karena selama ini ia banyak sekali menyusahkan dan merepotkan kedua orang tuanya. Sekarang ia hanya bisa meratapi gundukan tanah yang ada di depannya dengan penuh rasa penyeselan, Raja pun berjanji akan menuruti pesan yang pernah disampaikan ayahnya semasa ayahnya masih hidup, yaitu masuk pesantren setelah tamat kelas 6 SD nanti. Sekaligus dia berjanji pada ibunya untuk tidak bandal dan nakal lagi.

 

Editor : Isma Hdy

Serba Serbi Terbaru

AKU BUKAN ANA 08 Juli 2025
Terbawa Arus 04 Juli 2025
Bayang-Bayang Langit Pesantren 03 Juli 2025
CAHAYA IMAN CACA 22 April 2025