Penulis: Muhammad Zaky Aminuddin (Kelas V-1)
Ilustrator: Ilham Denardi (Kelas V-1)
Malam itu dingin, gemuruh menyambar terang, angin menghembus dengan sangat kencang hingga membuat pohon-pohon di sekitar pantiku bergoyang dan menjatuhkan dedaunan. Hanya aku sendiri yang terbangun pada malam itu, kulihat jam menunjukkan pukul 02:35, itu masih terlalu pagi bagiku untuk memulai aktivitas harian. Aku menoleh ke kiri ke kanan, melihat samar teman-teman sepantiku masih tertidur pulas berselimut tebal sambil memeluk bantal gulingnya.
Aku beranjak bangun, ingin membuang hajat yang dari tadi kutahan, sambil meraba-raba dinding dengan penglihatan yang dibantu dengan terangnya sambaran petir untuk mencari saklar lampu dan mencoba untuk menyalakannya. Setelah aku merasa sudah memegang saklarnya kucoba untuk menyalakannya, ternyata listrik di pantiku padam, mungkin karena hujan yang deras dan ditambah petir yang sangat kencang hingga membuat listriknya dipadamkan. Kulihat lorong untuk menuju kamar mandi, aku melangkah sedikit mendekati lorong itu, namun keberanianku langsung menciut ketika aku mendengar suara tikus yang berjalan di atas asbes panti.
“Tidak, aku tidak berani,” ucapku dalam hati.
Mungkin dengan sedikit penerangan, aku pasti berani untuk ke sana, Aku teringat di dalam lemari kayu penyimpanan selimut kami, terdapat sebuah laci kecil yang di dalamnya ada sebuah lilin putih dan pemantik yang diletakkan oleh ibu pengurus panti kami. Aku bergerak mendekati lemari itu, letaknya tidak terlalu jauh dari posisiku saat ini, setelah kurasa sampai, aku mencoba menarik pintu lemari itu, namun alangkah sialnya aku, pintu lemari itu terkunci. Aku mulai mengingat keras di mana ibu meletakkan kuncinya,
“Di dalam laci meja ibu mungkin”.
Aku mulai berjalan pelan ke arah kamar ibu untuk mencari meja dan memeriksa lacinya, kutarik gagang pintu kamar ibu dengan sangat pelan agar tidak menimbulkan sedikit pun suara, dan ternyata pintunya tidak dikunci, aku mulai berjalan masuk, cahaya disini juga sangat minim, untuk melihat sekeliling aku hanya bisa mengandalkan indra perabaku dan penglihatanku yang sangat minim ini, aku mulai mendekati meja ibu dan langsung menarik gagang laci meja itu, dan aku mulai melihat sedikit harapan setelah nya. Ya, kuncinya terletak di dalam laci itu.
Aku langsung bergerak keluar untuk membuka lemari itu, setelah terbuka aku hanya melihat satu selimut tebal didalam nya,
“Semoga ada di dalam laci.” Ucap ku berharap pun langsung menarik gagang lacinya, dan benar saja lilin dan pemantiknya terletak di dalam sana, aku mengambilnya dan membiarkan pintu lemarinya terbuka, karena sudah tidak tahan lagi, aku langsung menghidupkan lilinnya dan mulai berjalan ke lorong untuk menuju kamar mandi.
Tidak ada kejadian aneh yang kurasakan ketika aku pergi untuk buang hajat, ketika kembali dengan lilin masih kupegang di tangan kanan ku, aku sudah mendapati lemari yang tadinya kubuka untuk mengambil lilin ini sudah terkunci rapat. Aku tidak tahu siapa yang menguncinya, aku menoleh ke sekelilingku untuk memastikan tidak ada seseorangpun yang terbangun selain aku, dan benar tidak ada seorang pun dari kami yang terbangun kecuali aku.
Aku berjalan ke kamar ibu untuk memastikan ibu masih tidur atau tidak, saat kubuka pintu aku masih melihat ibu terbaring di ranjangnya berselimut tebal, aku melihat kesekeliling kamar dan tidak ada apa-apa, di panti ini hanya ada aku dan delapan temanku yang tinggal di panti ditambah ibu jadi jumlahnya ada genap sepuluh orang.
Aku menutup pintu bergegas untuk melanjutkan tidur yang sempat terpotong hanya untuk mencari sebuah lilin, aku masih berfikir mungkin ibu yang menutupnya lalu melanjutkan tidur di kamarnya, ah sudahlah besok pagi saja kutanyakan langsung kepada ibu, kuletakkan lilin yang masih menyala di dekat tempat tidurku dan aku langsung menenggelamkan tubuhku di dalam selimut tebal, sangat hangat dan nyaman ditambah suasana hujan dan petir yang katanya dapat atasi masalah insomnia yang membuatku semakin mudah untuk tertidur pulas.
Aku mulai memejamkan mata, mencoba untuk melanjutkan tidur, namun saat aku sudah mulai sedikit tertidur, aku mendengar suara langkah kaki seperti orang sedang berlari di luar panti, sekilas namun terdengar dengan sangat jelas, aku mencoba untuk mengintip sedikit dari balik selimut, sedikit rasa takut terbesit di hatiku, aslinya aku orang yang sangat pemberani. Aku tidak percaya dengan yang namanya makhluk halus atau pun hal gaib.
Namun setelah aku mengintip sedikit, tidak ada yang terlihat janggal, semuanya aman-aman saja, tidak ada sosok yang kukhawatirkan tadi. Aku bergerak dari tempat tidurku, mengambil lilin yang masih setengah habis lalu berjalan ke pintu depan untuk memastikan pintunya sudah terkunci atau tidak, aku kembali ke tempat tidurku setelah kupastikan pintu depan terkunci rapat, mencoba untuk membaringkan lagi tubuhku di atas kasur, saat aku mulai menutupkan selimut seketika petir menyambar dengan sangat dasyat sehingga menimbulkan cahaya yang masuk melalui jendela, aku terkejut saat cahaya petir yang masuk, ada sesosok bayangan manusia bertudung besar terlihat seperti malaikat pencabut nyawa yang berdiri di luar menghadap ke jendela, aku mengusap kedua mataku, bayangannya hanya terlihat sekilas karena cahaya sambaran petir yang menembus gorden jendela, aku mulai merasa takut, apa yang harus aku lakukan, apa aku yang salah lihat, tapi tidak mungkin, bayangannya sangat terlihat begitu jelas.
Aku mulai mengumpulkan keberanian untuk mendekati gorden jendela itu, untuk memastikan ada apa sebenarnya di sana, aku mulai bergerak mendekati jendela yang tidak jauh dari tempat tidurku dan teman-temanku, aku tidak membawa lilin karena jaraknya tidak terlalu jauh dari tempatku sekarang, aku melangkah pelan, sedikit demi sedikit mendekati jendela itu. Dengan seganap keberanian, aku langsung membuka gordennya dan benar saja, tidak terlihat siapapun yang berdiri di luar, aku menghela nafas lega, tidak ada siapa-siapa di sana. Aku langsung menutup gordennya dan bergegas kembali ke tempat tidurku, namun saat aku mulai melangkah untuk kembali ke tempat tidur aku kembali mendengar suara aneh, kali ini bukan lagi suara orang yang tengah berlari, melainkan suara ketokan di jendela yang baru saja aku tutup, aku menoleh ke belakang menghadap ke jendela, suaranya hanya terdengar tiga ketokan, namun itu sangat jelas, aku menelan ludah merasakan ketakutan yang sangat amat besar.
Dengan rasa takut yang sangat amat besar aku rasakan, aku langsung berlari ke arah tempat tidurku dan langsung menyelimuti diriku dengan selimut tebalku, mencoba untuk berlindung dengan selimut tebal ini, malam ini sungguh sangat kacau, aku tidak tahu makhluk apa itu manusia atau bukan, kalaupun manusia, manusia gila mana yang datang ke panti asuhan pada jam dua pagi ditambah hujan dan petir yang sangat deras, namun di sisi lain, aku masih tidak percaya akan hal gaib, tapi kalau itu bukan manusia, terus itu apa?
Aku mencoba untuk memejamkan mata memaksa diri untuk tidur kembali, namun itu mustahil, rasa takut dan khawatirku sangat besar sehingga membuatku kesusahan untuk kembali tidur, aku sudah tidak mengantuk, namun aku paksakan untuk tidur supaya besok aku punya tenaga untuk melakukan aktivitas sehari-hari, dan akhirnya aku pun mulai tertidur pulas, melupakan kejadian aneh malam ini.
Keesokan harinya, aku sedikit terlambat bangun dari teman-temanku, kulihat sekeliling, aku sudah mendapati tempat tidur teman-temanku sudah di rapikan dan sudah dikosongkan, hanya tinggal aku sendiri yang belum bangun, kuusap kedua mataku yang masih samar untuk melihat jam dan terlihat jam sudah menunjukkan pukul 07 : 30, yang biasanya aku bangun pagi pukul 06 : 30 jadi sekarang pukul 07 : 30, sedikit terlambat untuk memulai aktifitas, aku pun langsung merapikan tempat tidurku, melipat tilam dan selimut untuk dimasukkan ke lemari tempat tilam biasa disimpan.
Aku berjalan ke luar, menuju halaman depan untuk menghirup segarnya udara pagi dan jalan santai, namun niatku kuurungkan saat melihat di luar panti, tepatnya di halaman rumah tetangga sudah ada ramai-ramai warga dan teman-teman sepantiku yang berkerumun, aku berjalan mendekat mencoba mencari tahu apa yang terjadi.
“Ada apa, Dul.” Tanyaku pada teman sepantiku yang bernama Idul
“Oh, katanya ada pencuri masuk ke rumah bu idah.” Ucap Idul
Aku melihat sekeliling, mencari sosok bu Idah, bu Idah ini adalah tetangga kami yang tinggal bersama suaminya dan satu anaknya, suaminya yang berprofesi sebagai tentara saat ini sedang bertugas di luar kota dan satu anaknya yang bersekolah taruna yang mengharuskan anaknya tinggal di asrama dan membuat bu Idah harus tinggal sendirian di rumah yang sangat besar, rumahnya bersebelahan dengan pantiku, hanya tanaman bunga-bunga dan pagar yang banyak menjadi pembatas pekarangan rumahnya dan panti.
Aku tidak melihat sosok buk Idah, yang kulihat hanyalah warga yang ramai berkumpul dan berbincang-bincang,
“Iya, pencurinya masuk lewat jendela,” Kata salah seorang warga bercerita kepada temannya.
“Kok bisa, apa jendelanya gak dikunci??”
“Dikunci, jadi ceritanya tuh bu Idah bangun tengah malam, terus ada yang ngetok jendela, ketokannya belanjut gitu, kaya orang mau minta tolong, terus dibukain lah jendela rumah nya sama bu Idah, gak tau kenapa tiba-tiba udah kecolongan aja.”
“Oooo, mungkin pencurinya masuk langsung dari jendelakan,”
“Iya terus bu Idah langsung dipukul pake balok kayu sampe pingsan”
“Kok bu Idah mau sih ngebukain jendela nya??”.
“Nahh, pelakunya itu pake jilbab, mungkin bu Idah pikir itu perempuan, karena pas bu Idah udah bukain jendelanya baru kelihatan itu laki-laki, suara minta tolongnya juga sama persis kaya suara perempuan.”
“Ooo, jadi bu Idah di mana sekarang?”
“Di dalam, lagi coba ditenangkan di dalam. Kasihan, keluarganya di luar kota semua cuma tinggal sendirian dia.”
Aku mulai mencerna semua kejadiannya, apakah kejadianku tadi malam juga ada kaitannya dengan kejadian yang dialami bu Idah, menurutku itu sangat masuk akal, semua yang diceritakan sangat mirip dengan kejadian kualami, mulai dari seseorang yang mengetuk jandela, namun pada saat kejadian pelaku tidak ada meminta tolong, hanya mengetuk jendela saja, dan tudung besarnya mungkin itu bayangan yang kulihat tadi malam, tapi kenapa saat aku buka jendelanya tidak ada orang??? Oh dia mungkin langsung berlari ketakutan saat petir menyambar, makanya saat kubuka gordennya aku tidak melihat siapapun di sana.
Tepat!! Semua telah terjawab, yang tadi malam mengganguku hanyalah seorang pencuri, bukan mahkluk halus yang aku pikirkan, tapi untung saja aku hanya membuka gorden dan tidak membuka jendelanya. Tapi yang mengunci lemari siapa?
Aku dan teman-teman berjalan kembali ke panti, namun masih ada rasa janggal di kepalaku, mungkin karena ada satu hal lagi yang harus dicari tahu, siapa yang mengunci lemarinya??
Aku berjalan untuk masuk ke dalam panti, namun saat sudah di dalam aku melihat ibu berjalan keluar kamar sambil membawa bantal dan selimut tebal di tangannya.
Aku memperhatikan selimut itu, aku mulai mengingat kembali, tadi malam saat aku mengambil kunci, ibu tidak menggunakan selimut tebalnya, tapi setelah aku kembali dari kamar mandi aku sudah melihat ibu menggunakan selimut menutupi tubuhnya.
TEPAT!!! Terjawab sudah semua misteri yang membuatku bertanya-tanya malam hari itu. Benarkan apa kubilang, tidak ada makhluk halus atau apalah itu yang tidak bisa dijelaskan, semua bisa dijawab dan dipecahkan dengan akal logika.
Kalau soal kepercayaan kepada makhluk halus, itu si kembali kependapat tiap-tiap individu. Tidak apa-apa, setiap orang berhak mempunyai mindsetnya sendiri.
Tapi kalo aku, aku tidak percaya akan hantu atau semacamnya, semua bisa dijelaskan dengan logika.
Ooo iya, satu lagi….. Aku suka semua hal yang berbau misteri, jadi kalo ada ceritamu yang berbau misteri, bisa coba untuk ceritakan kepada ku.
Editor: Isma Hdy