Assalamualaikum
Saya Ahmad Roni, S.Kom bagian Dokumentasi Pondok Pesantren Modern Ar-Rasyid Pinang Awan. Melaporkan kegiatan Rihlah Ila Aceh. Rihlah ilmiah memiliki arti perjalanan ilmu pengetahuan yakni melakukan perjalanan dari suatu daerah ke daerah lain dengan tujuan mencari berkah, ilmu dan memperdalam pengetahuan.
Siapa sangka, perjalanan menuju Aceh terasa lebih hangat kekeluargaannya bersama 13 orang yang diantaranya Yayasan Harnas (H. Abdul Rasyid Nasution) Bapak H. Andri Ismail Putra Nasution,SE, Khodimul Ma’had Buya Muhammad Fikri Al-Azhari, S.Sos.I, Kepala Pondok Aliyah Ustadz Muhammad Ali Poso Nasution, M.Pd, Waka Kurikulum Ustadz Ahmad Ripai Manurung, Lc, S.Sy, Bapak Saiman, Driver Bapak Sumitro Tarigan, Bapak Kunantan, Bapak Rahmadsyah, S.Pd, dan Ustadzah Dian Ayu Ramadhani, Ustadzah Citra Maylani, Ustadzah Rita Meldayani dan Munaya.
Perjalanan yang dimulai pada tanggal 27 Agustus 2023 dan dipimpin oleh Ustadz M. Ali Poso pukul 8 pagi. Perjalanan memakan waktu 8 jam lamanya, kami pun menikmati perjalanan dengan canda tawa. Setiap waktu salat tiba kami singgah ke masjid untuk melaksanakan sholat jama’ karena kami dalam keadaan Safar (dalam perjalanan).
Sesampainya kami di kediaman Ummi Yayasan di Kota Medan pukul 21.00, kami langsung bergegas membersihkan diri dan menurunkan barang-barang kami. Selanjutnya kami pun istirahat. Azan Subuh berkumandang, kami terbangun dan melaksanakan salat subuh. Tepat pada pukul 08.00 WIB rombongan telah bersiap untuk melanjutkan perjalanan menuju ke Aceh. Sebelum berangkat rombongan melaksanakan breafing dan doa bersama agar tidak ada suatu hal yang tidak di harapkan.
11 jam perjalanan menuju Kota Takengon Aceh, tak ada kegiatan yang kami lakukan selain canda tawa dan tertidur masing-masing hingga menunggu sampai ke tempat tujuan. Tepat pada pukul 16.30 kami pun sampai di Kota Lhokseumawe dan berjumpa dengan alumni pertama PPM Ar-Rasyid, akhun Makmun. Kami disambut beliau dan beristirahat sebentar untuk merenggangkan otot-otot kami yang tegang selama perjalanan yang baru setengah perjalanan, dengan menikmati kopi Lhokseumawe.
Kami melanjutkan perjalanan menuju Kota Takengon, sekitar pukul 01.30 kami sampai di Kota Takengon Masyaallah sepanjang perjalanan kami melihat begitu indah kota-kota Aceh ini, hembusan anginnya begitu segar dan sejuk, begitu juga pemandangan-pemandangannya indah sekali. Sangat takjub melihatnya sehingga ingin rasanya mengajak keluarga liburan kemari.
Setelah sampai Kota Takengon kami mencari penginapan untuk beristirahat. Setelah berjalan melintasi Kota Takengon dan melewati gunung-gunung yang begitu indah disambut dengan Danau Lau Tawar yang begitu indah, kami mendapatkan sebuah villa di pinggir Danau Lau Tawar tersebut. Di pagi hari kami melaksanakan breafing guna melanjutkan perjalanan selanjutnya, di tepi Danau Lau Tawar, yang begitu dingin hawanya, berdesik desaran air, sambil menikmati sebuh kopi Aceh kami pun membahas perjalanan yang akan kami tempuh selanjutnya.
Pukul 13.00 WIB rombongan berangkat dari villa turun ke Kota Takengon untuk mencari makan siang dan berjumpa dengan teman Pak Andri Ismail. Sambil menikmati makan siang beliau bercerita dengan temannya yang ingin mewakafkan tanah untuk pembangunan pesantren. Makan siang telah usai rombongan bergegas menuju lokasi Tanah Wakaf. 45 menit perjalanan kami pun sampai , MasyaAllah indah sekali lokasi tanah wakaf pembangunan pesantren, air yang deras dari pegunungan dan tanaman-tanaman kopi begitu juga sayuran-sayuran yang segar. Sambil menikmati lokasi dan pemandangan rombongan melihat-melihat lokasi sambil bercerita-cerita tentang untuk apa lokasi ini nantinya.
Seusai kami melihat tanah wakaf tersebut, kami melanjutkan perjalanan kami ke puncak Kota Takengon. Dan lagi-lagi kami terkejut dengan keindangan dari Puncak Pantan Terong namanya, dari sini kami melihat dari puncak yang begitu indah Danau Lau Tawar itu…. Masyaallah Subhanallah… Inilah yang kata orang-orang Kota Aceh itu Serambi Mekah.
Akirnya setelah kami meninjau lokasi tanah wakaf dan melihat keindahan Danau Lau Tawar dari Puncak Gunung Pantan Terong. Kami pun melanjutkan perjalanan untuk kembali turun ke Kota Lhokseumawe. Sampai Lhokseumawe pada pukul 08.00 WIB kami disambut dengan alumni-alumni yang kuliah di Kota Lhokseumawe, pertemuanpun berlangsung.
Khodimul ma’had menyambut dengan senang hati, atas penyambutan dari alumni atas kedatangan yayasan PPM Ar-Rasyid, khodimul ma’had pun becerita tentang agenda apa yang dilaksanakan ke Aceh ini, antara lain yaitu melihat tanah wakaf untuk pembangunan PPM Ar-Rasyid 2, lalu melaksanakan silaturrahmi di pondok-pondok pesantren tertua di Kota Bireun Aceh.
Seusai pertemuan dengan alumni Ar-rasyid di Lhokseumawe rombongan berangkat menuju penginapan untuk istirahat, Seusai salat subuh kami breafing kembali sambil menimati teh panas yang tersedia di penginapan. Agenda selanjutnya yaitu silaturahmi ke beberapa pesantren tertua di kota Bireun Aceh.
Akhirnya kami melanjutkan perjalan ke kota bireun untuk mengunjungi pesantren-pesantren tertua di sana. 2 jam perjalanan kami pun sampai di Pondok Dayah Al-Madinatuddiniyah Babussallam Putra, kami pun di sambut oleh pimpinan Dayah Albab. Silaturahmi pun berlangsung, sharing tentang pondok pesantren, kurikulum Pesantren, kegiatan santri dan santriwati, pengajaran, hukuman, wawasan dan lainnya. “Bersilaturahmi tandanya kita sudah bersaudara, dimanapun berjumpa, hendak saling menyapa dan saling tolong menolong.” Begitulah ungkapan Khodimul ma’had.
Belum usai perjalanan, kami langsung melanjutkan silaturrahmi ke Pondok Dayah Tauthiatut Thullab, Pondok Dayah Mudi Mesra dan Pondok Dayah Mudi Mesra tersebut. Hal takjub lagi-lagi terbesit, bukan soal pemandangan alam kali ini, tapi soal upah pengajar di tiga pesantren yang kami kunjungi dan berhasil kami tanyai seputar system upahnya ‘dilakukan bagaimana’.
Sontak kami terkejut dengan jawaban yang kami dapat, bahwasannya mereka tidak digaji. Lalu kami menanyakan hal tersebut bagaimana mereka mendapatkan gaji, dijawab pula para dewan guru dan karyawan di sini mencari tambahan dari berjualan di luar, agar mereka fokus mengajar.
Singkat cerita perjalanan kami pun berakhir, karena setelahnya kami meninggalkan Kota Bireun Aceh dan kembali ke Kota Medan untuk Pulang ke Pondok Pesantren Modern Ar-Rasyid Pinang Awan. Semoga silaturahmi ini tetap terjalin dan terjaga. Selain mempererat hubungan silaturahmi, lebih dekat dengan hamba-hamba Allah yang taat serta bermanfaat untuk memperdalam ilmu pengetahuan dengan tujuan mengharap ridanya Allah. Terima kasih.