“Kau mau jadi pemimpin atau bos?” Awalan yang membuat memikirkan kembali makna sebenarnya. Sebagai pembuka dalam materi Kepemimpinan di malam Latihan Kepemimpinan (LK) pada Jumat (17/11) kemarin, Usfik selalu dengan pembawaannya ketika sampaikan tauzihat. Bersemangat, ceplos-yang bukan asal, tegas dan tentunya membangkitkan semangat.

Membawakan materi Kepemimpinan, ia malah awas memandang santriwati yang sibuk dengan alat tulisnya, berkedok menulis agar tak lupa materi-malah dikhawatirkan akan jadi tak fokus dan mudah lupa, begitu Usfik yang dipanggil Buya menegaskan agar fokus saja dengan pembicaraannya.

LK yang diharapkan dapat memberi pembelajaran baru terkait kepemimpinan, keorganisasian, pemecahan masalah dan sebagainya, dibuka dengan materi Kepemimpinan oleh Usfik. Banyak ia menjelaskan seputar materi, adalah dengan meminta agar para santriwati memahami makna pemimpin, bos, dan santri. “Kita santri mau jadi pemimpin atau bos?” kali ketiga ia membahasnya.

“Yang menyebutkan jadi pemimpin itu tukang mengatur-atur, artinya dia tak paham pemimpin itu apa. Tukang marah-marah, itu salah. Pemimpin bukan itu, pemimpin itu pelayan!” tegasnya. Sayyidul Qaumi Khodimuhum.

Dikaitkan dengan DPA, Usfik pun memberikan beragam contoh ‘hal yang salah’, yang seharusnya tidak diterapkan saat menjadi DPA. Seperti, mudah emosi ketika seorang adik berbuat kesalahan, melontarkan kata kasar karena dianggap berkata lembut malah tidak disegani, dan bersikap kasar tanpa adanya kelembutan.

Padahal, pemimpin adalah pelayan. Usfik terus mengulang kata tersebut. DPA harus menjadi contoh, dan menjadikan Rasulullah sebagai motivator pemimpin terbaik. Usfik ajak seluruh santriwati mengingat betapa sabar dan penuh kasih sayang Rasulullah ketika menjadi pemimpin, meski sudah dilempari kotoran, tempat salat yang dikotori, ia tetap sabar dan tidak pernah menyontohkan kepada sahabat untuk melakukan kekerasan.

Pun Usfik senggol guru, dan tenaga pendidik yang masih mengbadikan diri menjadi pendidik, agar bisa mentransfer ilmunya pada siswa, haruslah dengan penuh kasih sayang, dengan kelembutan, kesabaran, bukan dengan kekerasan. “Karena itulah yang diajarkan rasul, dalam mendidik gak boleh dengan kekerasan, itu rasul yang ngajarkan, ingat itu. Apalagi ketika sudah jadi DPA, jangan pernah pakai kekerasan!” Usfik tegaskan lagi.