Rihlah ustaz ustazah menuju Aceh seminggu kemarin, sangat disayangkan memang kalau tak mengunjungi dan bersilaturahmi dengan alumni Ponpes Ar-Rasyid. Dengan keluangan waktu, ustaz dan ustazah pun akhirnya turut bersilaturahmi menemui para alumni Ponpes Ar-Rasyid yang menempuh pendidikan di sana. (Sabtu, 02/9).
Rombongan alumni pun turut bersuka cita menyambut para ustaz ustazah Ar-Rasyid. Salah satunya Siti Nuvika Sari, yang mengaku senang dan ini merupakan suatu kehormatan bagi para alumni karena para ustaz ustazah telah meluangkan waktu untuk berkunjung ke Lhokseumawe. “Dan kami merasa sangat senang bisa bertemu kembali pada ustadz dan ustadzah, sehingga kerinduan kami pada ustaz dan ustazah terobati.”
Enam tahun mondok pastinya menambah kenangan dan memberi pelajaran baru bagi setiap santri. Siti menjelaskan dengan mondok selama enam tahun membuat ia dan santri lain banyak belajar tentang kemandirian, kesabaran, keikhlasan, kediplinan, dan ilmu yang bermanfaat yang diberikan ustaz ustazah. “Juga memahami bagaimana harusnya cara berperilaku dengan baik dan sopan santun, dan pastinya menambah pengalaman organisasi yang menjadi bekal saat masuk perguruan tinggi,”
Bapak H. Andri Ismail Putra Nasution, SE merpakan Ketua Yayasan Ar-Rasyid pun tak lupa pula memberi pesan untuk para alumni agar selalu dapat menjaga nama baik Ar-Rasyid, dan status sebagai alumni pesantren yang dikenal memiliki mental yang kuat, dan harus selalu menunjukkan adab yang baik. “Tunjukkan kita ini adalah santri, jangan seperti orang yang tidak pernah pesantren, tidak pernah belajar ilmu agama,” pesannya.
Perjalanan Aceh menjadi semakin berkesan saat menemui alumni dan banyak berkunjung ke beberapa pesantren untuk menambah wawasan seputar pesantren. Rihlah kemarin, semoga dapat mengambil pelajaran baru dan pengalaman baru, dan survei lahan langsung untuk pembangunan Ar-Rasyid 2 berjalan dengan lancar untuk kemudian hari.
Daya tamping Ar-Rasyid berjumlah 2000 santri, di mana ini merupakan angka yang membludak jika tidak ada pengembangan Ar-Rasyid. Maka dari itu, tercetuslah niat dan rencana untuk melakukan pengembangan pesantren di Aceh, “Tidak mungkin kita halangi orang yang mau masuk pesantren, kalua mau mengembangkan, ya pastinya harus cari tempat lain lagi. Apalagi banyak yang minat untuk menyekolahkan anaknya di Ar-Rasyid, semoga menjadi lebih berkah nantinya,” tutur Pak Andri.